-->

Mitos Orang Tua Terhadap Anaknya

Mitos Orang Tua Terhadap Anaknya - Kerap kita dengar ungkapan sehari-hari bahkan tidak jarang jika ungkapan tersebut datangnya dari orang tua atau siapaun yang kita segani, terkadang bernada kelemik sampai berbau masalah. Meski terkadang hanya dianggap mitos tapi karena seringnya ungkapan itu diucapkan hingga akhirnya mengakar dalam diri.

Gigi tanggal atau copot harus dilemparkan ke atas atap, itulah salah satu mitos yang ditanamkan kepada anak-anak karena proses pergantian ini terjadi pada masa manusia umur anak-anak. Makanya cerita mitos tentang gigi ini terkenal di dunia anak.
Mitos Orang Tua Terhadap Anaknya
Image: unik-manfaat.com
Baca juga:

Secara medis memang gigi manusia harus mengalami pergantian dari gigi susu kemudian copot dan digantikan oleh gigi dewasa.

Mitos Orang Tua Terhadap Anaknya

Sahabat baismi, mitos atau tahayul yang berkaitan dengan anak juga cukup banyak berdar di masyarakat. Bisanya orang tua menggunakan mitos ini agar si anak menjauhi perbuatan tertentu atau mau melakukan perbuatan tertentu.

Seperti anak kecil yang susah disuruh makan maka cukup dikatakan "kalau nasinya tidak dihabiskan, nasinya akan menangis". Anak kecil biasanya akan takut jika nasinya akan menangis disebabkan ulahnya yang tidak mau makan. Cerita seperti ini terkadang efektif untuk menuruh anak makan.

Seperti juga larangan membuka payung di dalam rumah, katanya "nanti ada saudara yang meninggal". Padahal maksud yang sebenarnya hanya mencegah anak melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat karena payung harusnya digunakan diluar rumah ketika hujan atau panas terik matahari. Membuka payung di dalam rumah juga akan memngganggu orang-orang yang ada di dalam rumah.

Saat melarang anak-anak agar tidak menduduki bantal terkadang orang tua melarangnya supaya tidak bisulan. Sebenarnya orang tua hanya ingin menyampaikan pesan bahwa bantal untuk melontarkan kepala, anggota tubuh yang paling terhormat bukan buat tempat duduk. Namun begitu bisulan karena duduk dibantal bisa saja terjadi tempat berkembangnya kuman dan bakteri meski sekilas tanpak tidak kotor karena bantal jarang dibersihkan.

Mitos lainnya yang banyak digunakan orang tua terutama untuk anak gadis agar menyapu rumah dengan bersih, jika tidak bakal dapat suami blewokan. Jelas tidak ada hubungannya menyapu yang tidak bersih dengan calon suami. Ungkapan ini terlontar agar anak tidak malas-malasan saat membantu orang tua mebersihkan rumah.

Mitos-mitos tersebut masih terlihat ada tujuan yang positif dibaliknya tapi sebagian mitos justru menimbulkan hal yang negatif terhadap anak. Celakanya mitos seperti yang diyakini kebenarannya seperti anak yang memiliki pusaran rambut dua, identik dengan anak nakal.

Anak yang telah dipersepsikan nakal secara tidak sadar karena terus menerus berpikir akan hal itu maka tingkah lakunya samar dan akhirnya hal itu menjadi kenyataan atau yang terjadi sebaliknya dia tidak mau melawan lebel itu kemudian merasa minder dan menjadi anak cengeng kerena selalu merasa dituduh dipojokan dan kurang berguna.

Padahal pusaran rambut merupakan titik tengah berseban dan bertumbun rambut. Sungguh berapapun jumlah pusaran tidak ada hubungannya dengan otak atau sarafnya. Seseorang nakal atau tidak, ditentukan oleh pengasuh atau didikan dan lingkungannya.

Keseimpulan

Sahabat baismi, mitos-mitos seperti ini banyak yang mengancam keyakinan, jika hal itu benar-benar diyakini dapat berpengaruh terhadap kehidupan si anak apalagi kemudian ditindaklanjuti dengan memasang semacam jimat kepada anak dengan keyakinan bisa menangkal mara bahaya.

Baca juga:

Ketika berbicara tentang mitos khususnya yang berhubungan dengan keberuntungan atau kesialan harus disikapi dengan bijak karena pada hakikatnya tidak semua mitos itu sama sehingga tidak bisa disikapi secara sama.

Sahabat baismi, itulah mitos orang tua terhadap anaknya yang sering kali kita dengar dilingkungan kita. Padahal hal tersebut hanya sebagai larangan agar anak melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.